SELAMAT DATANG ...

SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN BLOG PRIBADI SAYA, MARI BERBAGI INFORMASI DAN PENGALAMAN

Selasa, 16 Agustus 2011

Komunikasi dan Komunikologi?

Membedakan antara dua hal di atas (Ilmu Komunikasi dan Komunikologi) cukup rumit dan memerlukan ketelitian tersendiri. Masalahnya, istilah yang lazim dikenal oleh sarjana komunikasi adalah Ilmu Komunikasi, sangat jarang memunculkan kata-kata Komunikologi ataupun Komunikolog (bedakan dengan Sosiolog, Antropolog, Psikolog yang sudah sangat lazim dikenal).



Engkus Kuswarno sendiri mengakui bahwa konsep Komunikologi kurang populer. Hal ini terkait dengan penggunaan istilah Komunikologi yang tergolong baru ketimbang istilah komunikasi itu sendiri. Komunikologi diperkenalkan oleh Edward Safir tahun 1931 dan Joseph De Vito tahun 1978, kemudian oleh Richard L Lanigan tahun 1992.
Sebuah definisi mengenai komunikologi mengatakan bahwa Communicology is the science of human communication. One of the Human Science disciplines, it uses the logic based research methods of semiotics and phenomenology to explicate human consciousness and behavioral embodiment as discourse within global culture. (Communicology adalah ilmu komunikasi manusia. Salah satu disiplin Ilmu Manusia, menggunakan metode logika penelitian berdasarkan semiotika dan fenomenologi untuk menjelaskan kesadaran manusia dan perwujudan perilaku sebagai wacana dalam budaya global).
Penjelasan di atas menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi manusia (the science of human communication). Akan tetapi Engkus Kuswarno menyatakan bahwa penjelasannya lebih luas lagi yaitu, studi tentang ilmu komunikasi (the study of the science of communication). Karena itu dikatakan bahwa komunikologi masuk dalam ranah epistemologi dari ilmu komunikasi.
Dalam penjelasan lain, Richard L Lanigan mengatakan bahwa Communicology is a tradition in the human sciences studying → Discourse in all of its semiotic and phenomenological manifestations of embodied consciousness and of practice in the world of other people and their environment (Communicology merupakan tradisi dalam ilmu-ilmu tentang manusia Wacana dalam semua manifestasi semiotik dan fenomenologis dari kesadaran nyata dan praktek di dunia dan lingkungannya).
Komunikologi kemudian diuraikan atas bagian-bagian sebagai kerangkanya yaitu :
1. Komunikologi Seni (Arts Communicology) : studi estetika media sebagai transmisi budaya dan difusi dengan penekanan khusus pada seni visual dan kreativitas performatif, misalnya, cinematics, tari, narasi cerita rakyat, musik, ikonografi, dan lukisan.
2. Komunikologi klinis (Clinical Communicology) : sebuah fokus terapi pada (a) gangguan komunikasi dalam konteks pidato patologi dan audiologi atau (b) kesalahan yang disebabkan oleh salah tafsir perilaku pragmatis dan semantik.
3. Komunikologi Media (Media Communicology) : analisis antropologis, psikologis, dan sosiologis dari perilaku manusia dalam konteks media elektronik, fotografi, media telekomunikasi, dan komunikasi visual.
4. Filsafat Komunikologi (Philosophy of Communicology) : studi komunikasi sebagai konteks yang lebih besar untuk penjelasan bahasa dan linguistik, ilmu kognitif, dan cybernetic dalam subdisiplin filsafat metafisika, logika epistemologi, dan aksiologi (estetika, etika, retorika).
Berdasarkan penjelasan di atas, sesuai dengan pemahaman atas ilmu komunikasi sendiri, maka jika dibuat pembedaan antara ilmu komunikasi dan komunikolog, dari sudut pandang ontologi dan epistemologinya, saya berasumsi bahwa perbedaan antara keduanya sangat tipis sekali, dalam arti saling berkaitan namun punya sisi yang berbeda.
Epistemologi menekankan pada aspek bagaimana sebuah ilmu pengetahuan itu dipelajari dan dipahami. Maka, menurut penjelasan tentang komunikologi, epistemologi dari hal ini terfokus pada semiotika dan fenomenologi. Semiotika (dalam konteks epistemologi dan metodologi) adalah metode memahami komunikasi manusia melalui pemaknaan simbol-simbol dan tanda-tanda yang digunakan. Objek kajiannya sudah sangat terfokus pada pemahaman tanda-tanda sebagai sarana untuk menjelaskan prilaku manusia. Sementara fenomenologi, metode untuk memahami komunikasi manusia berdasarkan fenomena-fenomena yang dialami selama ini. Kerangka pengalaman manusia menjadi titik fokusnya. Bisa saja dalam komunikologi, kedua metode ini saling berkaitan dan saling melengkapi. Oleh karena itu, sangat tepat jika dikatakan bahwa komunikologi adalah epistemologi dari ilmu komunikasi. Melalui komunikologi akan bisa dipahami dan dijelaskan bahwa komunikasi (dalam berbagai taksonominya) adalah sebuah ilmu pengetahuan.
Hal ini sedikit berbeda (walaupun sulit untuk membedakannya) dengan ilmu komunikasi, terutama komunikasi manusia. Hanya saja dalam memahami dan menjelaskan ilmu komunikasi bisa menggunakan beragam sudut pandang. Secara epistemologi, komunikasi manusia bisa dipelajari dari sisi hermeneutika, culture studies, termasuk semiotika dan fenomenologi. Dari sisi lain, epistemologi juga dilihat dari paradigma berpikir yang digunakan, yaitu secara objektif-positivistik maupun subjektif-interpretatif. Sementara komunikologi cenderung memahaminya secara subjektif-interpretatif.
Pada konteks inilah, pembedaan secara ontologis, sangat tipis sekali. Kalaupun bisa dicoba mengemukakan beberapa asumsi-asumsi (yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut), sisi ontologi yang berbeda ada pada fokus pemahaman tentang komunikasi itu sendiri. Ilmu Komunikasi selama ini cenderung dikenal sebagai ilmu yang membahas pada sisi komunikasi antar manusia. Realitas itu ada pada diri manusia, baik secara materialis, naturalis, maupun idealis. Walaupun memiliki cara pandang berbeda, namun titik tekannya tetap pada komunikasi manusia (human communication).
Sementara Komunikologi meluaskan pandangan bahwa komunikasi itu berkaitan dengan konsep tentang alam semesta. Semua unsur yang ada dalam alam semesta ini memiliki “kewenangan” untuk membentuk realitas itu sendiri. Subjektifitas alam raya ini ada pada masing-masing makhluk. Manusia hanya bagian terkecil dari realitas yang ada. Oleh karenanya, hewan, tumbuhan, air, udara, adalah unsur-unsur alam semesta yang punya “otoritas” sendiri dalam membentuk makna terhadap realitas. Alam raya bukanlah sesuatu yang statis, namun memiliki sisi-sisi yang dinamis dan selalu mengirimkan simbol-simbol kepada manusia dan makhluk lainnya. Realitas itu terjadi ketika berlangsung pemaknaan atau proses komunikasi antara mereka. Disinilah titik tekan kajian komunikologi. Oleh karenanya epistemologi dari komunikologi sangat terfokus pada semiotika dan fenomenologi, pemahaman terhadap tanda-tanda dan pemahaman terhadap fenomena berdasarkan kerangka pengalaman manusia itu sendiri.

1 komentar:

  1. Menarik, bahasan tentang komunikologi...., sy sedang mengkajinya juga....hm

    BalasHapus